detiktifspionase.id, JAMBI- Sejumlah figur Calon Wali Kota (Cawako) Jambi yang kini muncul ke permukaan belum bisa menarik hati dan simpati masyarakat Kota Jambi. Masyarakat sepertinya belum yakin dengan figur figur yang kini sedang digadang gadangkan sebagai kandidat kuat penganti Syarif Fasha. Salah satunya adalah dr Maulana yang saat ini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Jambi.
Kemudian, ada juga nama H Rahman (ketua Bapilu Partai NasDem Provinsi Jambi). Lalu, Budi Setiawan yang kini menjabat sebagai Ketua Koni Provinsi Jambi, dan H Abdullah Sani yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jambi. Diantara empat nama tersebut, dr Maulana, H Rahman dan Budi Setiawan sudah gencar sosialisasi.
Namun, ketiga figur tersebut belum bisa meyakinkan hati warga Kota Jambi. Setidaknya ini ini bisa dilihat dari survei yang dilakukan Lembaga Kajian Politik Regional (LKPR). Dari survei LKPR, sampai awal Agustus ini baru 28 persen masyarakat Kota Jambi yang sudah punya pilihan.
Dari 28 persen masyakat yang sudah punya pilihan itu, elektabilitas Maulana berada diposisi tertinggi, yakni 39, 60 %. Kemudian disusul Abdullah Sani 20, 37 %, H. Rahman 16, 24 %, dan Budi Setiawan 14, 35 %. 10 % lagi menanti figur lain.
Direktur Eksekutif LPKR Dr Noviardi Ferzi mengatakan, dari survei yang mereka lakukan medio Juli- Agustus 2023 itu terlihat bahwa figur figur cawako yang muncul saat itu tidak ada yang menonjol atau lebih dominan. Artinya, masyakat masih menunngu figur lain yang lebih bisaya meyakinkan mereka.
" Saya melihat para bakal calon wali kota Jambi yang beredar selama ini kurang efektip melalukan sosialisasi. Buktinya sampai awal Agustus 2023 ini baru 28 % masyarakat yang sudah punya pilihan. Misalnya, Maulana dalam survei masih tertinggi elektabilitasnya, namun pondasi elektoralnya masih rendah. Karena pada dasarnya mayoritas masyarakat belum punya pilihan, " ungkap Noviardi Ferzi, Senin (14/8/2023).
Selain itu pengamat terkemuka Jambi ini juga mengomentari elektabilitas H. Rahman sebagai bacalon Wali Kota. Menurutnya, H. Rahman sebenarnya memiliki potensi sebagai figur alternatif. Namun, butuh bantalan sosialisasi berupa dukungan kerja media secara intens yang membicarakan berbagai kelebihan, kehebatan, keunggulan serta daya tarik yang bersangkutan di hadapan masyarakat.
" H Rahman punya potensi untuk menjadi alternatif pilihan dalam pilwako. Namun, dia tak memiliki bantalan sosialisasi berupa dukungan media yang menceritakan segala kelebihan, kehebatan, keunggulan serta daya tarik yang dirinya. Selama ini bantalan sosialisasi ini yang kurang dimiliki beliau. Sehingga ketika dia turun ke lapangan, cerita positif dirinya belum ada di masyarakat. Akibatnya elektabilitasnya belum keluar dari lingkungan yang dia miliki, "jelasnya.
Noviardi menilai, strategi yang dilakukan H Rahman dan timnya saat ini kurang optimal. Sosialisasi yang gencar dia lakukan selama ini hasilnya tidak terlalu signifikan bagi elektabilitannya. ‘’Seharusnya beliau bisa memanfaatkan media. Gencar dulu melakukan branding melalui media, baru turun ke lapangan. Sekarangkan tidak, beliau turun langsung ke masyarakat. Sementara masyarakat banyak yang tidak tahu latar belakangnya,’’ katanya.
Lebih lanjut Noviardi menjelaskan, Maulana elektabilitasnya sementara ini tinggi karena dia diuntungkan masih menjabat sebagai Wakil Wali Kota Jambi. Kemudian, Abdullah Sani juga masih menjabat sebagai Wakil Gubernur Jambi. Selain itu, Sani juga pernah menjabat sebagai Wakil Wali Kota Jambi. Sedangkan Budi Setiawan, saat ini dikenal warga sebagai Ketua Koni Provinsi Jambi dan Ketua DPD II Golkar Kota Jambi.
‘’Ketiga nama ini diuntungkan punya jabatan politis. Sementara H Rahman hanya dikenal di kalangan kontraktor. Banyak masyarakat Jambi yang tidak tahu latar belakang dirinya. Makanya, beliu harus bekerja lebih ekstra dari figur lainnya,’’ pungkasnya.
Pengamat Politik dari Universitas Jambi (Unja), Dori Efendi menilai, jika masyarakat yang sudah menentukan hak pilihnya dalam suatu survei baru 28 persen, tentunya jumlah pemilih mengambang cukup besar. "Artinya peluang figur kandidat lain untuk maju Pilwako masih tinggi," katanya.
Dori menjelaskan, ada tiga indikator dalam menentukan sikap dalam memilih. Yakni berdasarkan pekerjaan, anak muda dan sosial culture atau etnis. "Bicara etnisitas ada kandidat yang menyatakan diri maju di kota, namun tidak menyatakan etnis dari mana. Jelas itu sudah jadi strong potter," jelasnya.
Begitu pula dari kalangan anak muda akan sangat berpeluang maju di Pilwalko, karena sebagian besar pemilih di Kota adalah dari kalangan anak muda. "Masih ada peluang kandidat lain yang bisa maju Pilwako. Seperti Rocky Chandra dan Iqbal Linus. Tentu berpeluang, karena alasannya salah satu pemilih terbanyak adalah anak muda," sebutnya.
Terkait untuk menaikan popularitas kandidat, salah satu caranya mengenalkan diri melalui kampanye konvensional seperti baliho spanduk dan sebagainya. Bisa juga melakukan branding melalui media media mainstream. Baik cetak maupun elektronik.
"Yang berdampak besar adalah media mainstream. Karena saat ini rata-rata masyarakat sudah melek teknologi. Yang bisa mempengaruhi opini adalah media sosial," pungkasnya.(fey/ist)
Facebook Comments