Rumah Pintar dan Pahlawan itu kini Redup butuh bantuan si Tangan Gaib

Keterangan Gambar : Komplek SMP YKPP


Oleh : Nalom Siadari
Jambi,detektipspionase.com

Penulis menerima Undangan lewat whatshap tanggal 22 September 2024 yang dikirim oleh Ketua PWI Kota Jambi Irwansyah. Undangan itu  dari Pertamina Hulu Rokan  Zona 1Jambi field Provinsi Jambi. Isi undangan berupa ajakan kepada para wartawan  baik media cetak,elektronik tv dan Radio serta media online dan essay foto untuk berkompetisi dalam karya jurnalistik. Organisasi Pers seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia (IJTI), Aliansi Jurnalistik Independent (AJI) serta organisasi media siber SMSI, JMSI  turut di undang oleh Pertamina  untuk hadir dalam acara Sosialisasi & Media briefing AJP 2024, Acaranya berlangsung di Yello Hotel Jl. Jend. Sudirman  Thehock Kota Jambi,Selasa 24 September 2024. Acara ini dihadiri kurang lebih 50 wartawan. Ketua PWI Jambi  H.R.Ridwan Agus,Depati menguts 5 orang  wartawan untuk mengikuti acara Media briefing masing masing ketua s3ndiri, Jenewar Usman, Arwani, Jakasim Purba dan Nalom Siadari.
Acara sosialisasi AJP 2024  dibuka secara langsung oleh bapak Mustakim Field Manager Pertamina Hulu Rokan Jambi field. Turut hadir dua orang tokoh pers Jambi, H.R.Ridwan Agus,Depati ketua PWI Jambi masa bakti 2022 - 2027 dan Mursyid Sonsang mantan Ketua PWI Jambi sepuluh tahun yang lalu. Kedua tokoh Pers ini duduk berdampingan sederetan Mustakim. Para wartawan mendapat pengarahan tentang tatacara dan syarat mengikuti AJP 2024 secara daring (zoom) dari Senior Media Relation PERTAMINA Perseo Pusat ibu Nerisa Pitrasari.


Hadirkan Pemenang AJP 2023


Untuk menarik minat para wartawan dalam mengikuti lomba, Pertamina sengaja menghadirkan wartawan pemenang AJP 2023 Kekson Fole Salukh jurnalis Viktory News dari Kota Kupang  Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kekson dalam karyanya memberi judul; Oase di Pulau Timor itu bernama Pertashop. Tulisan ini bercerita tentang betapa sulitnya masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi NTTuntuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) terutama di daerah pedesaan. Kekson menyimpulkan bahwa kehadiran Pertashop (Pertamini) di setiap desa Kabupaten Timor Tengah Selatan menjadi solusi terbaik  untuk mencegah disparietas harga BBM menjadi standard sesuai aturan Pertamina terjangkau masyarakat serta menstabilkan harga bahan pokok lain. Pertashop ini atas inisiatip Pertamina dan pengusaha UMKM mencari solusi kelangkaan BBM dalam situasi infrastruktur jalan yang belum memadai umumnya di NTT. Tulisan ini mendapat nilai best of the best AJP 2023 yang pmembuat Kekson mendapatkan hadiah mengunjungi Kota London Inggris belajar jurnalistik disamping mendapatkan hadiah lain.


Bingung untuk mengikuti


Saat acara ditutup sekitar pukul 12.00 WIB penulis merasa bingung untuk ikut atau tidak berkontribusi mengirimkan karyatulis jurnalistik atau tidak. Jangankan untuk judul tulisan, objek materi apa yang harus penulis telusuri yang berhubungan dengan program Pertamina di Kota Jambi  untuk bahan tulisan tidak terlintas sedikit pun dipikiran. Sampai kembali pulang ke rumah setelah meninggalkan acara, penulis belum mendapatkan inspirasi mau menulis objek apa untuk ikut serta.
Penulis berfikir terus sampai malam berganti hari  juga belum ada ide yang timbul. Dibenak penulis merasa berhutang jika tidak ikut dalam lomba ini. Masakkan tidak ikut serta sementara undangan penulis hadiri, transportasi diambil, makan siang dicicipi, absen peserta ditanda tangani. Aaaaaaa...kh pikiran jadi serba tidak enak, jangan jangan nantinya  penyelenggara menilai lain.
Jum'at 27 September 2024  saat Azan Subuh berbunyi di Musholla yang berdiri puluhan meter  berseberangan jalan dibelakang rumah kediaman penulis  berlokasi di Rt. 24 Blok E no 85 Kelurahan Simpang Rimbo Kota Jambi, penulis beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Secangkir kopi hitam beserta segelas air putih sudah tersedia di atas meja makan yang disediakan istri tercinta.
Sudah menjadi kebiasaan setiap pagi,penulis selalu meminum segelas air putih sebelum menghirup kopi hitam dilanjutkan dengan menghirup asap rokok  Jisamsoe 234. Sambil termenung memikir  sosialisasi AJP 2024 penulis mendapat ide tentang pemanfaatan gas buang yang selalu dibakar dengan sia- sia di setiap lubang sumurbor Pertamina Kenali Asam  pada puluhan tahun yang silam.Tahun delapan puluhan ketika penulis melintas di wilayah Kelurahan Kenali Asam terdapat disetiap lubang sumurbor minyak selalu ada nyala api yang keluar dari ujung sebatang pipa gas dari penambangan minyak yang di bakar sia -sia mengeluarkan nyala api dan asap menghitam. 
Penulis berharap saat ini ketika nyala api itu sudah tidak muncul, berarti sudah  digunakan untuk keperluan lain  sesuai perkembangan teknologi. Dengan munculnya ide ini, siang harinya penulis langsung beranjak mencari alamat Kantor kelurahan Kenali Asam Atas yang satu hamparan dengan kantor Pertamina . Maklum sebelumnya penulis belum pernah berhubungan langsung dengan kelurahan tersebut baik dalam urusan kependudukan maupun pemberitaan termasuk dengan Pertamina sendiri.


Muncul ide judul tulisan


Dengan mengendarai sepeda motor metic, penulis menelusuri jalan berjarak kurang lebih sepuluh kilo meter dari kediaman  menuju Kantor kelurahan Kenali Asam Atas. Penulis megikuti arah jalan sesuai petunjuk gogle map, dalam benak penulis terbesit judul tulisan artikel  " Api nan tak kunjung padam itu kini menjadi tungku masak penolong  kehidupan masyarakat". Judul ini timbul dalam pikiran dengan anggapan bahwa gas yang dulunya dibakar secara sia - sia sejak ditemukannya ladang minyak di Jambi oleh NIAM tahun 1922 sudah disalurkan ke rumah rumah masyarakat sekitar tambang yang digunakan untuk memasak.
Ternyata dugaan penulis jauh dari kenyataan, karena pada saat ini saluran gas kerumah - rumah karyawan pertamina sendiri sudah di tiadakan,  sebelumnya  selama bertahun - tahun  seluruh rumah yang dibangun Pertamina  untuk  karyawan dan beberapa rumah warga yang berdekatan disalurkan gas untuk kebutuhan memasak.


Setengah jam perjalanan  ketika jam di hp penulis menunjukkakan pukul 09.15 WIB penulis tiba di kantor Kelurahan Kenali Asam Atas  di Jl.Sei Lilin Rt 13 Kecamatan Kotabaru Kota Jambi. Disambut seorang Ibu pegawai Kelurahan bernama Rosita yang menjabat sebagai kasi PMK ( Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan )  penulis dipersilahkan duduk berhadapan di meja kerjanya. Setelah berkenalan saling tukar informasi ternyata suami ibu Rosita juga wartawan di salah satu Koran Harian Jambi Ekspres di Jambi, Jawa Pos Grup. Kondisi ini membuat penulis  leluasa bertanya tentang  hubungan antara Pertamina dengan Kantor Kelurahan.
Penulis mengutarakan maksud kedatangan untuk bertemu pak lurah dimana sebelumnya  sudah menceritakan tentang adanya AJP 2024. Rosita menjawab , pak Lurah sedang Rapat di kantor BAPPEDA Kota Jambi, jawaban ini sempat membuat hati sedikit  kecewa. Sisilain saat penulis masuk ruang gedung Kelurahan, penulis melihat pemandangan yang tidak biasa ,sebuah mobil truk sedang membongkar muatan beras Bulog berupa bantuan beras Raskin. 
Lima orang buruh angkut membongkar kurang lebih 2 ton beras dari dalam truk dan meletakkannya di lantai satu kantor lurah persis sekitar dua meter di hadapan meja kerja ibu Rosita. Pikiran akhirnya merasa miris  dan serba kontroversi, masakkan di Kelurahan yang dibawah buminya menyemburkan jutaan barel minyak dan gas setiap bulan tetapi masyarakat penghuninya banyak yang penerima Raskin .
Penulis tidak lupa bertanya kepada  Rosita tentang pemanfaatan gas yang dulunya dibakar sia - sia oleh Pertamina , saat ini sudah digunakan untuk apa?. Saat penulis melewati puluhan sumurbor pertamina di sepanjang sekitar tiga kilo meter  perjalanan tidak ada lagi terlihat nyala api menyembur dari tonggak pipa  disamping sumur bor minyak . Kata  Rosita saat ini gas tersebut sudah digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik khusus untuk tenaga pumping bor dalam penggalian sumur dan penyedotan minyak dari dasar sumur.
Hal inilah yang menyebabkan terputusnya penyaluran gas ke setiap rumah di komplek perumahan sejak tahun 2004. Karena pak Lurah sedang rapat , akhirnya Rosita menyuruh untuk datang esok harinya bertemu langsung dengan pak lurah Febri Kurniawan untuk mendapatkan informasi  akurat dan bertanggungjawab.


Ide dan judul berubah


Esok harinya penulis kembali mendatangi Kantor Lurah dan melihat pemandangan mengejutkan. Puluhan  ibu - ibu tampak berderet antrian untuk mendapatkan pembagian beras Raskin dengan membawa fotocopy Kartu Keluarga. Penulis masuk ke dalam gedung kelurahan dengan sedikit berdesakan dengan kaum ibu - ibu yang sedang di data keabsahan KK nya oleh petugas kelurahan. Setelah menunggu sekitar seperempat jam, akhirnya penulis bertemu dengan pak Lurah Febri Kurniawan turun dari lantai dua aula kantor lurah setelah acara rapat dengan ibu - ibu  PKK Kelurahan.
Penulis langsung memberi salam pada pak lurah sembari pak lurah memper silahkan penulis masuk ke ruang kerjanya. Di ruang kerja sudah ada sepuluh orang para ketua Rt duduk menunggu pak lurah didampingi seorang  Polisi berpangkat Brigadir pejabat Babin Kamtibmas (Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) di kelurahan tersebut. Setelah penulis menerangkan maksud dan tujuan mendatangi dan ingin bertemu pak Lurah , penulis menyodorkan beberapa pertanyaan, bagaimana hubungan Kelurahan dengan Pertamina yang wilayah kerjanya berada di pemerintahan pak Lurah?. Adakah selama ini kelurahan mendapatkan bantuan dari Pertamina berupa CSR atau bantuan lain yang diterima masyarakat?
Febri Kurniawan langsung menjawab, kebetulan saat ini beberapa orang ketua Rt sedang berada disini silahkan saja bapak menanyakan langsung pada mereka, himbau pak lurah yang sudah empat tahun menjabat di Kelurahan. Percakapan antara pak Lurah dengan penulis serta para ketua Rt berlangsung santai  penuh keakraban, demikian juga dengan pak Babinsa serasa tidak ada jarak membuat penulis bebas menanyakan segala hal. 
 Jawaban para ketua Rt ini singkat singkat saja  dan sedikit agak ketus tidak ada, belum pernah padahal penulis hanya menanyakan, Pernah nggak Pertamina memberi bantuan Bea Siswa kepada anak - anak siswa berprestasi yang berdomisili di Kelurahan (masyarakat setempat). Bentuk bantuan seperti apa yang pernah diberikan Pertamina kepada masyarakat di kelurahan. Mereka menjawab tidak ada, salah seorang dari ketua Rt menggerutu, boro boro mendapat bantuan, masuk ruangan kantor Pertamina saja kami belum pernah, pungkasnya. Jawaban ini membuat penulis semakin kehilangan judul untuk penulisan.
Setelah berbincang sekitar tiga puluh menit, salah seorang ketua Rt bernama Hendra berkomentar, bantuan langsung yang di terima masyarakat ada berupa Gerai Hidroponic, yang dibangun Pertamina membina Ibu - ibu anggota PKK bercocok tanam sayuran. Hendra juga langsung menunjukkan alamat Gerai tersebut yang tidak begitu jauh dari kantor Lurah. 
Kata Hendra bantuan dari Pertamina mereka terima paling paling pada hari hari besar seperti 17 Agustusan yang mereka terima dalam bentuk barang berupa hadiah lomba, itupun kadang dibantu kadang tidak, jawab Hendra.
Mendengar perbincangan dengan para ketua Rt ini, penulis menjadi galau dan tambah bingung. Objek apa lagi yang harus penulis telusuri untuk dijadikan bahan mengikuti AJP 2024 yang berhubungan dengan program pengabdian masyarakat yang berhubungan dengan Pertamina. Sebelum pamit pulang dengan pak Lurah, penulis bertanya " Masih hidup (beroperasi ) nggak Yayasan Pendidikan yang  didirikan Pertamina yang bernama Yaktapena?, pak Lurah dan Hendra menjawab masih ,TK masih beroperasi, SD juga masih banyak siswanya, tetapi SMP nya "mengap - mengap". Hendra kembali bertanya kepada penulis, mengapa Bapak menanyakan sekolah itu?. Dengan setengah berbisik menjawab Hendra, Istri saya pernah sekolah di SMP Yaktapena tahun delapan puluhan. Dengan rawut wajah terkejut Hendra menjawab, saya juga alumni SMP Yaktapena tahun delapan puluhan. Siapa nama istri Bapak? lanjut Hendra kembali  bertanya. Sambil menunjukkan wallpaper gadged, penulis menunjukkan foto istri dan menyebut namanya, ya.....elaaaaaaah istri bapak kakak dua tingkat datas 
saya semasih SMP, timpal Hendra. Penulis pamit sama pak Lurah dan keluar dari ruangan dengan sedikit Sumringah " ada judul tulisan baru ini, objek ada di benak, penelusuran akan segera dilaksanakan, jaadi ini tulisan pikir penulis penuh harapan.
Untuk mencari objek lain, penulis mencoba mengunjungi Kantor Kelurahan Kenali Asam Bawah yang beralamat di Lrng. PERTAMINA III  Rt 08  juga merupakan areal wilayah kerja Pertamina Hulu Rokan Jambi Field. Pandangan yang sama di kelurahan Kenali Asam Atas juga di suguhkan pada penulis dimana puluhan ibu - ibu juga antri untuk menerima  bantuan beras Bulog. Jawaban yang sama juga disampaikan Lurah Kenali Asam Bawah Ronal Amson,SE bahwa pihaknya tidak pernah menerima bantuan secara langsung dari Pertamina berupa CSR. Ronal mengaku bahwa pihaknya pernah mengajukan proposal tapi tidak mendapat tanggapan dari perusahaan, kalau bangun jalan berupa rigid beton memang ada, lanjut Ronal.
Karena waktu masih ada penulis mencoba mengunjungi Gerai Hidro Ponic yang disampaikan ketua Rt  di Kenali Asam Atas tadi. Hati kecil merasa curiga apakah benar ada Gerai Hidroponic yang dikelola oleh ibu - ibu PKK di kelurahan dimaksud. Jangan jangan cerita pak Rt ini hanya bohong bohongan. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB perut mulai keroncongan dan penulis istirahat di warung untuk makan siang. Sehabis menghisap beberapa batang rokok Jisamsoe dan menhirup segelas kopi hitam penulis mencari alamat Gerai Hidroponic tersebut. Cerita pak Rt tadi benar adanya dan penulis bertemu langsung dengan dua orang Ibu - ibu masing masing Susiyanti (45 thn) dan Ibu Dasniar (55 thn) sedang duduk santai menjaga Gerai.

Sambil mengambil  foto Gerai setelah berkenalan,pennulis mencoba mewawancarai kedua orang  ini.
Ibu Susiyanti memandu penulis masuk  Geray, sementara ibu Dasniar memegang Hand Phonnya mengambil Video mengiringi penulis dan pemandu menelusuri Gerai yang sudah penuh dengan tanaman sayur mayur. Menurut ibu Susiyanti Gerai ini dibangun Pertamina akhir tahun 1999 dengan perjanjian kontrak kerja selama lima tahun dengan. Setelah lima tahun Gerai ini diharapkan bisa mandiri tanpa harus ada campur tangan lagi dari pihak Pertamina.
Sesuai keterangan kedua ibu ini, Gerai ini ditanami berbagai jenis sayuran diantaranya, selada, pakcoi dan caisin ketiganya berupa sayuran jenis Sawi. Tanaman sayuran lain berupa bayam brazil, kangkung, min dan kale. Sayuran yang paling laris terjual menurut mereka adalah pakcoi. Sayuran ini sudah mendapat orderan dari Pertamina Store senilai Rp 500 ribu per minggu. Waaaaauuuuu....ini merupakan fixced market yang menggiurkan dimana setiap sayuran mereka jual Rp 40 ribu per kilo gramnya, luaaaarrr biasa ini gerai. Gerai ini menyediakan 5000 lubang tanam sayuran diatas talang air (pipa persegi empat yang sudah di lubangi). Dalam talang mengalir air yang sudah diberi nutrisi kebutuhan tanaman untuk tumbuh setelah dipindahkan dari pemibitannya berbentuk kecambah.
Produksi sayuran  gerai ini kata Susiyanti belum ada yang dipasarkan ke pasar umum, pemasarannya baru sebatas Pertamina Store yang rutin setiap minggu dan pesanan masyarakat melalui permintaan online. Untung dari hasil penjualan sayur ini menurut ibu Kartini yang juga anggota grup pengelola gerai dibagikan kepada ibu - ibu pengelola,  waaaaau cukup lumayan juga ini buat penghasilan tambahan bagi keluarga ibu - ibu pengelola.
Pertamina mungkin berniat supaya masyarakat sekitar mencontoh cara bercocok tanam sayuran ala Hidroponic yang mereka bangun. Saat ini pihak Pertamina hanya mensupply cairan nutrisi tanaman sementara pembelian bibit dan pengepakan produk sudah mampu dilakukan oleh ibu - ibu. Bukan tidak mungkin sehabis kontrak kerja, ketujuh orang ibu ini akan melakukan usaha tanam sayuran ala Hidropnic di kediaman masing masing sebagai pengusaha UMKM.


Empat kali ganti judul tulisan
 
Setelah menelusuri Gerai Hidroponic penulis mencari lokasi Yayasan Pendidikan YAKTAPENA. Penelusuran awal penulis lakukan tepat pada hari Sabtu hari libur sekolah sehingga penulis hanya menemukan alamat masing - masing sekolah dari TK,SD dan SMP, sementara sekolahnya sendiri sedang tutup dengan pagar terkunci. Jarak antara ketiga sekolaha ini tidak jauh jauh, antara TK dan SD berjarak kurang lebih 500 meter dalam wilayah satu Rt, hanya SMP saja yang berjarak  kurang lebih satu kilometer dari dedung sekolah TK. Ketiga sekolah ini juga masih diseputaran yang tidak jauh dari kantor Kelurahan Kenali Asam Atas.
Ternyata cukup melelahkan juga penulis mengumpul bahan dan informasi untuk mengisi karyatulis ini. Memakan waktu hampir sepuluh hari penulis baru  mampu mendapat informasi dari pejabat pejabat yang berkompeten dari kecamatan, kelurahan sampai kepala sekolah. Bergagai alasan penolakan penulis temui  saat ingin beretemu pejabatnya untuk mendapat informasi. Lurah lagi rapatlah, pejabat pemegang data lagi dinas luarlah, kepala sekolah lagi berobatlah serta berbagai kendala lain yang hampir membuat penulis ngedumel dan nyaris putusasa.
Bahasan tetang pendidikan ini penulis membuat nama lain untuk perangkat pendidikan. Penulis terkadang menggunakan kata "Rumah Pintar" untuk gedung dan perangkatnya . Kemudian untuk profesi Guru menggunakan kata "Pahlawan"yang terinspirasi dari istilah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa bagi Guru sebagaimana dilantumkan dalam lagu Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru... dst. Akibat perubahan ini sehingga pemilihan judul yang awalnya " Api nan tak kunjung padam itu kini sudah menjadi Tungku masak penolong kehidupan masyarakat" berubah menjadi " Lilin dan pahlawan itu kini sudah redup dan penuh misteri", kemudian berubah lagi " Rumah Pintar dan Pahlawan itu kini sudah redup penuh misteri"  akhirnya penulis mengambil judul " Rumah Pintar dan Pahlawan itu kini Redup butuh bantuan si Tangan Gaib". Judul tulisan ini sesuai fakta  dari objek Gas menjadi objek pendidikan.
 Berikutnya penulis menuju Rumah pintar TK, lagi - lagi Kepala sekolah tidak berada di tempat. Penulis disambut  seorang ibu Guru TK bernama Eka Prihatini,SPd. Setelah memperkenalkan diri serta menyampaikan maksud , akhirnya ibu Eka memberikan data data ttg TK Yaktapena menjadi YKPP. Data yang diberikan berupa keadaan sejak berdirinya Rumah pintar tahun 1962 sampai tahun ajaran 2024 - 2025. Sangkin asyiknya menulis data dan mengambil beberapa foto sampai sampai seorang murid TK naik ke pundak penulis sambil berujar siapa ini Bu?. Dengan sigap ibu Eka mencegahnya sambil berkata turun tidak boleh mengganggu tamu ya, nanti ibu tidak bagi kamu makanan, gumam ibu Eka sambil meminta maaf, maaf ya pak maklum anak anak sambung ibu eka , tidak apa apa Bu balas penulis
 Selesai mendapatkan data penulis berpamitan melanjutkan penelusuran ke SD YKPP yang jaraknya hanya 500 meter dari TK. Sebelum penulis meninggalkan gedung sekolah ibu Eka berpesan supaya penulis datang lagi untuk konfirmasi resmi dari Ibu Kepala Sekolah Rita Sophia,SPdi, siap Bu ujar penulis sambil menaiki sepedamotor.
Dua hari berikutnya penulis kembali mengunjungi Rumah pintar  TK YKPP dan langsung bertemu dengan ibu Rita Sophia,SPdi. Percakapan berlangsung santai dan lancar karena sebelumnya ibu Eka Prihatini sudah memberi tahu tentang informasi yang sudah diberikannya pada penulis pada kunjungan pertama. Saya sudah diberitahu Ibu Eka kunjungan Bapak dua hari yang lewat ke sekolah kami, terimakasih atas kunjungan Bapak, tutur Ibu Rita membuka pembicaraan. Terimakasih juga Bu atas sambutannya, saya hanya meminta izin untuk mengambil foto sekolah ini dari luar pagar, jawab penulis dan dijawab ibu Rita Sophia silahkan pak silahkan.
Ibu paruh baya ini menuturkan bahwa TK YKPP didirikan sejak tahun 1962, jumlah muridnya selalu stabil sekitar 50 - 60 orang setiap tahun ajaran. Saat ini setiap siswa dipungut biaya SPP Rp 80 rb per siswa per bulan. Bagaimana dengan kesejahteraan Guru sebanyak 4 orang lagi ditambah penjaga sekolah dengan pendapatan segitu?.

Rita Sophia menjelaskan sebelum guru diterima sebagai tenaga pengajar sudah diberi semacam doktrin jika murid kita banyak penghasilan kita juga lumayan tapi jika jumlah murid kita sedikit, maka penghasilan kita juga sedikit. Para guru sudah paham doktrin ini makanya mereka bertahan dan tidak ada yang mengeluh. Tentang operasional sekolah Rita Sophia menyatakan pihaknya menerima bantuan dana BOS sebesar Rp 600 ribu per siswa per tahun, dengan adanya bantuan dana ini sehingga proses belajar mengajar selalu lancar tanpa hambatan. Kami enjoy enjoy saja dalam mengabdi, kalau soal Rezeki Allah yang menentukan ujar Rita Sophia mengakhiri percapan dengan penulis.

TK ini hanya menggunakan Gedung bekas Rumah Dinas Pegawai Pertamina dengan 5 ruangan ditambah satu r7ang tamu sebagai kantor. Untuk tempat bermain anak - anak halaman sebelah kanan gedung cukup luas yang di isi dengan permainan Plosotan, ayunan dan poros roda berputar. Peralatan ini tampak cukup aman untuk bermain anak karena ditumbuhi pohon rindang sebagai pelindung. Tidak jarang orang tua siswa yang menunggui anaknya yang sedang belajar juga ikut nongkrong di taman ini.


Telusuri SD YKPP. 

Penelusuran ke Rumah pintar SD YKPP lebih butuh waktu lebih lama, kunjungan pertama tidak dapat bertemu Kepala sekolah karena sedang ada urusan keluarga. Pak Kepsek sedang ada urusan keluarga pak, kata Pianisah,SE Ibu kepala tata usaha sekaligus operator administrasi di SD  YKPP.Sebelumnya penulis sudah mengutarakan maksud untuk memperoleh data sekolah untuk bahan penulisan. Esok harinya penulis kembali menyambangi sekolah tersebut sembari mencari data lain berupa informasi dari masyarakat sekitar, lagi lagi kepala sekolah juga belum ada karena ada pertemuan para kepala SD di Dinas Pendidikan Kota Jambi. Bapak kesini hari kamis saja pak,karena besok Rabu seluruh anak SD libur para guru memperingati Maulid Nabi di Asrama Haji, kasihan bapak sudah datang dua kali tapi tak ketemu kepala sekolah, imbau Pianisah dengan ramah. Hati agak kesal," alangkah susahnya bertemu Kepsek ini banyak benar urusannya bagaimana dia memimpin sekolah sebesar ini kalau waktunya lebih banyak diluar", gerutu penulis sambil mengayunkan langkah meninggalkan pekarangan sekolah. 
Hari itu tidak ada objek lagi yang mau dikunjungi, jadi begitu gagal tidak bertemu kepala sekolah penulis langsung menuju warung kopi " Sate Eddy" di Sipin ujung tempat rekan rekan Wartawan nongkrong sebelum berpencar mencari berita masing masing. Sambil memesan secangkir kopi hitam dan menyulut rokok jisamsoe yang tinggal empat batang di kantong, penulis menceritakan kejadian yang baru saja penulis alami, yang sabar bro nyari data itu tidak semudah meminum air, macam baru kemarin aja jadi Wartawan, gumam seorang teman wartawan menanggapi.
Sesuai pesan ibu Pianisah sedikit lebih pagi dari biasanya penulis keluar rumah, penulis menuju SD YKPP. Begitu wajah penulis muncul dihadapan mejakerja ibu Pianisah yang menghadap jendela, ibu yang sedang berbadan dua ini mempersilahkan masuk, pak kepala sekolah ada pak silahkan duduk pak, pinta Pianisah dengan nada lembut. Penulis duduk dan sekitar dua menit pak kepsek muncul dari ruangannya dan menyapa dengan ramah. Apa kira kira yang bisa kami bantu dalam kunjungan bapak ini, tutur kepala sekolah ini setelah saling kenalan.
Saya butuh data sekolah ini pak untuk bahan penulisan karya jurnalistik, kalau boleh dan bapak tidak keberatan data yang kami butuhkan perkembangan  sekolah sejak didirikan Pertamina sampai tahun ajaran sekarang 2024 - 2025. Dak apa apa semua data ada dalam komputer, sahut Kepsek bernama lengkap Abdul Rachman,SPdi.
Abd Rachman menceritakan bahwa SD ini didirikan sejak tahun 1954 dengan membangun dua ruang belajar dan satu kantor Guru beserta kepala sekolah. Seiring berjalannya waktu sekolah ini berkembang menjadi dua belas ruang belajar karena bertambahnya murid dan tenaga pengajar yang harus ditambah. Saat ini masing masing tingkatan dari kelas satu sampai kelas enam terdiri dari 2 kelas dengan jumlah murid 300 orang dan tenaga pengajar 19 orang dengan dua orang staf ditambah satu orang kepala sekolah. Satu ruangan berupa perpustakaan sekaligus ruang guru,tutur Abd.Rachman penuh percaya diri. SD yang penuh dengan prestasi ini tampaknya akan kontinyu beroperasi mengingat sekolah ini memungut SPP dari Muridnya sebesar Rp 100 rb per murid per bulan sebelum tahun ajaran 2024 - 2025, sementara untuk murid yang diterima dalam tahun ajaran 2024 - 2025 ( kls 1) biaya SPP nya naik menjadi Rp 150 rb rupiah per siswa per bulan. Besaran diatas masih ada pemasukan lain berupa dana BOS dari Pemerintah sebesar Rp 900 rb per siswa per tahun, waaaaau dana ini sudah lebih dari cukup karena jumlah siswanya mencapai 300 orang untuk terus beroperasi. Siswa sekolah ini tahun 2023 meraih juara Nasional olahraga Karate Kapolri CUP atas nama siswa Maura Ratu Nawira yang saat ini duduk di bangku kelas VI. Prestasi lain yang diperoleh Juara O2SN tingkat Kota Jambi. Banyak prestasi lain yang di peroleh, terlihat dari banyaknya Piala yang di pajang dalam lemari yang cukup lumayan besar.

Siswa - siswanya juga tampak lebih disiplin karena saat penulis datang dan melihat, tidak ada satu pun siswa tampak keluar ruangan, semua tertib belajar dalam kelas dan disekitar sekolah aroma menyejukkan terasa karena tidak ada suara berisik. Untuk extra kurikuler kata Abd.Rachman siswanya wajib mengikuti salah satu dari kegiatan Pramuka, Tari, kompangan, LCC, English Grup, Silat dan Tahvis Qur'an. Hampir tidak ada waktu buat anak - anak kami untuk bermain sebagai anak jalanan, lanjut Abd.Rachman mengakhiri pembicaraan
 Merupakan kondisi yang jauh lebih baik dari saudaranya SD YKPP yang ada di Desa Tempino Kabupaten Muaro Jambi ( juga wilayah kerja Pertamina Hulu Rokan Jambi Field) yang nasibnya terpaksa diambil alih pemerintah menjadi SD Negri karena kekurangan murid yang mendaftar pada tahun 2003 lalu. Demikian juga abang kandungnya SMA YKPP Bajubang ( berdekatan dengan Tempino) juga diselamatkan oleh Pemerintah Kabupaten Batanghari menjadi SMA Negri 5 Batanghari juga karena muridnya tidak mencukupi pada tahun 2003 lalu.
SMP YKPP  dalam keadaan Kritis

Dalam kurun waktu yang bersamaan dengan penelusuran pada TK dan SD penulis menelusuri SMP YKPP Kenali asam Atas. Kunjungan pertama terkesan menegangkan dimana saat memasuki ruangan Guru dan mengucap Salam sambil memeperkenalkan diri  dan menyampaikan tujuan kedatangan sebagai wartawan, dalam ruangan yang tadinya duduk 6 orang ibu Guru dan satu bapak guru tiba tiba suasana menjadi sangat tegang.
Kok muridnya sangat sepi Bu ruang belajarnya banyak kosong? tanya penulis, seorang ibu guru yang meja kerjanya paling sudut kiri dari pintu masuk menjawab siswanya sedang berada di labor pak. Penulis jadi curiga  karena saat memasuki areal sekolah penulis melihat lebih dari lima ruang belajar yang kosong melompong dan kursi belajar diletakkan terbalik diatas meja serta seorang siswa laki laki berseragam putih biru tampak berjalan  kulur kilir di teras ruangan. Masak lima ruang belajar yang kosong  siswanya dapat di tampung dalam satu ruang laboratorium, emangnya laboratoriumnya sebesar apa luas ruangannya?, gumam penulis dalam hati.
Sekolah ini berdiri sejak tahun berapa ya Bu? tanya penulis lagi pada guru guru yang sedang duduk, seorang ibu guru menjawab, kami tidak tau pak tanya Ibu kepala sekolah saja, imbuhnya. Penulis mulai agak merasa jengkel dan langsung bertanya, Ibu kepala sekolahnya ada nggak Bu?  sambil berangsur angsur satu persatu para ibu guru meninggalan ruangan, seorang dari antara mereka menjawab ibu kepala sekolah sedang keluar berobat pak.
Mendengar jawaban ini penulis juga keluar dari dalam ruangan berjalan menuju lapangan upacara sekolah. Kebetulan saat di tengah lapangan penulis melihat seorang orangtua yang sudah ubanan, dan langsung bertanya ada ibu kepala sekolah nggak pak?  ada pak diruangan tata usaha jawab pria tua ini sambil memandu penulis menuju ruangan dimaksud. Itu ibu kepala sekolah pak ,tutur pria tua jujur ini sambil menunjuk orangnya yang sedang duduk. Diruangan itu ada dua orang ibu  yang satu ibu kepsek dan satu lainnya ibu guru pengajar yang tadinya berada di ruang guru.
Dengan  jengkel penulis langsung menyembur" jadi guru itu jangan jadi pembohong Bu, kata anak buah ibu tadi ibu sedang berobat, naaah sekarang ada disini, gerutu penulis. Ibu Kepsek ini tak mau menyalahkan anak buahnya dengan menjawab saya barusan pulang berobat baru nian sampai di sini timpal ibu kepsek ini beralibi.
Aaaaakh sudahlah penulis  memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan kepada ibu yang ber usia mendekati pensiun ini. Ibu kepsek ini juga mengenalkan dirinya Dra. Mawarni Kurniati.
Dengan hati yang sangat jengkel mengingat tingkah para ibu guru yang diruangan guru tadi. Kedatangan penulis mereka anggap se akan akan penulis datang dari Planet lain atau bagaikan Malaikat pencabut nyawa. Betapa tidak? saat penulis memperkenalkan diri sebagai wartawan, wajah ibu- ibu guru ini tiba tiba pucat pasi ketakutan dan suasana hening senyap tak satu ibu guru pun yang tampak cerah dan menunjukkan wajah keakraban. Sehingga krtika penulis duduk berhadapan dengan ibu Mawarni Kurniati semua memori pertanyaan yang ada di benak penulis menjadi hilang tertelan emosi. Entah penyakit Sosial apa yang ada pada mereka? namun penulis masih berusaha sedikit sabar seh8ngga tidak lari dari tujuan.
Untuk menghilangkan perasaan jengkel , akhirnya penulis meminta ibu Mawarni bercerta tentang keberadaan SMP ini dari sejak berdiri tahun 1971 sampai tahun ajaran 2024 - 2025. Dengan nada yang agak rendah ibu Mawarni Kurniati menceritakan pendirian SMP YKPP dimulai sejak tahun 1971 dengan nama awal SMP Tanah Minyak dan jumlah murid 32 orang dibawah Yayasan Tanah Minyak. Yayasan ini sudah beberapakali berganti nama dari Yayasan Tanah minyak menjadi Yayasan Kesejahteraan Bersama (YKB), kemudian menjadi Yayasan kesejahteraan tenaga kerja pertamina (YAKTAPENA) selanjutnya menjadi Yayasan Kesejahteraan Pegawai Pertamina (YKPP) dan saat ini berubah lagi menjadi Yayasan Pengelola Sekolah Pertamina (YPSP).
Setelah berbincang sekitar 30 menit dan penulis memperoleh informasi tentang sekolah, Ibu mawarni minta izin untuk pulang karena ada urusan keluarga. Mohon pamit ya pak saya mau pulang dulu, kalau tentang perkembangan jumlah siswa dan data lainnya ada dalam rekaman komputer yang operatornya lagi diklat di Dinas Pendidikan Kota Jambi namanya ibu Heni Setiawati, tutur Mawarni. Rabu besok ibunya masuk dan bapak dapat meminta datanya kepada ibu Heni, lanjutnya. Ya bu silahkan jawab penulis sambil bergegas meninggalkan ruang Kepala Sekolah yang menyatu dengan ruang tata usaha. 
Di luar ruangan penulis melihat sebuah mobil pick up Suzuki dalam kondisi hidup mesin serta supir duduk di belakang stang stir sedang menjemput ibu Mawarni.
Esok harinya penulis kembali mendatangi Rumah pintar ini dan menjumpai murid yang jumlahnya hanya 10 orang sedang belajar di sebuah ruangan tidak jauh dari pintu gapura sekolah. Anehnya bapak guru yang berdiri mengajar di depan kelas hanya mengenakan sandal. Melihat kedatangan penulis bapak guru ini langsung keluar kelas sembari berjalan berbarengan dengan penulis menuju ruang guru. Saya mau ketemu ibu Heni tata usaha pak. dua hari kemarin saya sudah lapor sama ibu kepsek tutur penulis sambil saling berkenalan dengan pak guru yang bernama Daud.
Dengan menggunakan perangkat cellulernya  pak Daud menghubungi ibu Heni, halo bu Heni! disini lagi ada tamu menunggu ibu katanya kemarin sudah janjian dengan ibu, ucap pak Daud dengan salah informasi. Ibu Heni dalam percakapan itu menjawab, saya tidak ada janjian dengan orang pak Daud suruh tunggu saja saya lagi di bank, jawab bu Heni. Bapak salah menyampaikan informasi, yang janjian dengan saya ibu Kepala Sekolah bukan dengan ibu Heni jawab penulis meluruskan.
Sambil menunggu kedatangan ibu Heni penulis banyak berbincang dengan pak Daud. Dalam waktu 10 menit ibu Heni tiba menggunakan sepeda motor berboncengan dengan seorang ibu guru. Penulis langsung mengikuti ibu Heni ke ruang kerjanya sambil berbincang. Maksud kedatangan saya meminta data perkembangan jumlah siswa sekolah ini sejak berdiri sampai tahun ajaran sekarang bu Heni, senin kemarin saya sudah wawancara dengan ibu kepala sekolah, pinta penulis. Dengan sedikit agak curiga dan takut akhirnya Heni menjawab harus saya cari dulu pak di Laptop karena datanya data lama atau nanti saya kirim lewat Wa saja ya pak, imbau Heni dengan nada memohon. Yaaa.. boleh saya tunggu ya bu Heni jawab penulis sambil saling mencatat nomor hand phone dengan ibu Heni, siap pak siap jawab Heni dengan suasana yang sudah mencair.


Perkembangan jumlah siswa
Jumlah murid yang mendaftar ke SMP YKPP sejak berdiri tahun 1971 berjumlah 32 orang. Tahun berikutnya jumlahnya melesat bagaikan anak panah yang dilepaskan dari busurnya naik menjadi 107 orang pada tahun 1972. Jumlah ini terus meningkat sampai tahun 1979 dimana jumlah murid dalam selang tahun ini rata rata 189 murid. Sejak tahun 1980 - 1987 jumlah murid naik lagi menjadi rata - rata 260 orang murid setiap tahunnya. Jumlah ini kemudian meningkat lagi sejak tahun 1988 sampai tahun ajaran 2013/2014 mencapai puncak dimana jumlah murid diatas 300 orang per tahun ajaran. 
Tahun delapan puluhan tidak sembarangan anak yang diterima di sekolah ini karena melalui seleksi ketat nilai, Sekolah ini pernah jadi vavorite nomor dua di Kota Jambi setelah SMP Xaverius. Sekolah ini  pernah memiliki  grup Drum band dengan peralatan lengkap dan sering mengisi acara 17 Agustus di Kantor Gubernur Provinsi Jambi.
Trend mulai menurun
Mulai tahun ajaran 2015/ 2016 jumlah murid mulai turun menjadi 287 orang dan trendnya  cenderung terjun bebas menjadi 172 tahun 2019 / 2020 . Tahun 2021/ 2022 jumlah murid semakin turun menjadi 76 orang dan diikuti tahun 2022/ 2023  jumlah siswa sebanyak 62 orang. Kemudian tahun 2023/ 2024 turun lagi  menjadi 39 orang. Jumlah murid  tahun ini 2024/ 2025 masih parah hanya berjumlah 44 orang masing - masing siswa kls III 11 orang, kelas II 10 orang dan kelas I 23 orang dengan 12 orang Guru 3 tenaga staf ditambah 1 penjaga sekolah dan1Kepala Sekolah
Menurut Mawarni , sekolah ini dulu mendapat subsidi dari Pertamina sejak berdiri sampai tahun 1998. Tapi tahun 1999 subsidi tidak diberikan lagi karena diperintahkan untuk mandiri sedangkan Pertamina fokus untuk tambang. Tahun yang sama Pemerintah Kota Jambi berniat  menjadikan SMP ini menjadi negri, tapi pihak sekolah menolak karena Pemda mau menerima gedung dan Muridnya sementara gurunya tidak. Maklum pada tahun itu jumlah siswa masih tiga ratusan yang belajar di 10 ruangan serta 20 orang guru bidang studi. Belakangan keadaan ternyata tidak demikian sementara sekolah memungut SPP Rp 150 rb per siswa per bulan ditambah dana BOS Pemerintah. Disisi lain salah seorang siswa di sekolah ini  bernama Andika Saputra masih menunjukkan Prestasi dan tersaring mengikuti karya ilmiah IPA di tingkat Nasional walaupun belum memperoleh Medali. Andika juga di ikutkan dalam pertukaran pelajar Sabang - Merawke tahun 2023.


Redup dan butuh bantuan si Tangan Gaib.
Dengan melihat data perkembangan jumlah siswa ini, penulis ikut prihatin namun disisi lain merasa curiga. Apakah mungkin sekolah ini dapat bertahan hidup? sementara  pembinaan dari Dinas pendidikan Kota Jambi tidak ada. Sungguh miris memang melihat saingan sokolah ini yang berstatus swasta  dibandingkan swasta lain seperti Xaverius, Alfalah, Adiyaksa, PGRI, Bina Kasih, Global Kanaan, Guang Ming dan swasta lainnya yang jumlah muridnya diatas ratusan.
Informasi dari Dinas Pendidikan Kota Jambi, bahwa pihaknya tidak bisa ikut campurtangan kepada sekolah swasta karena mereka memiliki Yayasan sendiri. Tentang dana pembinaan, Departemen pendidikan sudah memberi bantuan dana BOS kepada pihak sekolah sebesar Rp 1,1 juta per siswa per tahun untuk tingkat SMP. Jika sekolah swasta tidak mampu bersaing dalam kwalitas maka otomatis sekolah itu akan ditinggal, ungkap seorang staf Dinas Pendidikan Kota Jambi bernama Mahdi. Karena sangat kontra produktip dengan program Pemerintah dengan kebijakan Wajib belajar 12 tahun, makanya setiap sekolah negri maupun swasta diberi dana BOS oleh Pemerintah, lanjut Mahdi.
Rumah Pintar yang lokasinya terkesan di tengah hutan ini, menunjukkan kekurangmampuan management dalam mengelola dibandingkan sekolah swasta lain di kota Jambi yang bertarap Nasional bahkan Internasional. Mampukah sekolah ini bertahan hidup sementara di seputaran dua Kelurahan Kenali  Asam Atas dan Kenali Asam bawah berdiri 4 SMP Negri masing - masing SMP N 14, SMP N 18, SMP N 21 dan SMP N 25 dimana ke 4 SMP ini tidak jauh jaraknya dari SMP YKPP. Ataukah sekolah ini hanya ingin memanfaatkan dana BOS dari Pemerintah itu.
Rumah Pintar kini sepi tidak ubahnya seperti seorang anak yang berenang diatas air dalam kondisi megap - megap minta tolong ditonton ribuan pasang mata. Masih adakah secercah asa atau secuil Mukjizat yang mampu menolong Rumah Pintar ini?. Faktanya dalam pengamatan  Rumah Pintar ini sedang Redup dan butuh bantuan si Tangan Gaib ( Invisible Hand sebagaimana di istilahkan Bapak Ekonomi Adam Smith). Aaaaaakhh penulis ikut pening dan waktunya untuk pulang kerumah serta akan bercerita kepada isteri "Almamatermu waktu SMP dulu  Bunda Sayaaaang.....keadanya sedang Kritis butuh bantuan ,mungkin dalam waktu yang tidak lama lagi akan menghembuskan nafas ter.......".

 


 

 

Penulis: Nalom Siadari

Editor: Nalom Siadari

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.