THE POWER OF FINE:  Denda yang Buat Jera

Oleh: Bahren Nurdin

Dua tahun terakhir saya tinggal di salah satu kota di Sydney, Australia. Suatu waktu, dengan alasan satu lain hal saya 'terpaksa' melanggar lalu lintas. Pelanggaran itu kurang dari satu menit. Beberapa detik saja. Dua minggu kemudian sebuah surat datang dengan cap besar 'PAY NOW'. Surat tersebut dilengkapi dengan bukti-bukti pelanggaran dan proses pembayarannya. Jumlahnya sangat besar untuk ukuran kantong mahasiswa seperti saya.

Dalam era mobilitas modern, kendaraan bermotor telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari kita. Namun, dengan keuntungan ini juga datang tanggung jawab untuk menghormati aturan lalu lintas. Pengalaman pribadi saya di Kota Sydney tersebut menggambarkan betapa efektifnya sistem denda yang membangun budaya disiplin di masyarakat. Pendekatan ini, jika diterapkan dengan baik, bisa menjadi contoh yang layak untuk diadopsi oleh Kota Jambi. Yakin?

Pelanggaran yang saya lakukan itu mungkin terlihat sepele, tetapi efeknya luar biasa. Meskipun saya awalnya merasa terkejut dengan besarnya denda yang harus dibayar, ternyata inilah yang membuat saya berpikir dua kali sebelum melanggar aturan lagi. Jera!

Penting untuk mencatat bahwa efektivitas denda bukan hanya tentang besaran uang yang harus dibayarkan, tetapi lebih pada psikologis individu yang melanggar aturan. Di tempat-tempat umum di Sydney, ancaman denda jelas terlihat, sehingga setiap orang menyadari bahwa mereka akan bertanggung jawab atas pelanggaran yang mereka lakukan. Dalam hal ini, transparansi sangat penting. Bukti berupa foto atau rekaman pelanggaran memberikan kejelasan bahwa seseorang telah melanggar aturan.

Namun, denda bukan hanya tentang menghukum. Ini tentang mendidik. Pendekatan yang efektif menciptakan kesadaran kolektif tentang pentingnya aturan dan ketaatan. Di Sydney, penerapan denda ini juga menggabungkan sistem yang efisien, di mana semua proses dikelola secara otomatis dan tidak ada diskriminasi. Setiap orang dihadapkan pada konsekuensi yang sama jika melanggar aturan.

Pertanyaannya adalah, apakah pendekatan serupa bisa diterapkan di Kota Jambi? Tentu saja, tetapi perlu pertimbangan matang dan perencanaan yang baik. Langkah pertama adalah membangun sistem denda yang transparan dan mudah diakses oleh masyarakat. Bukti pelanggaran harus jelas, dan jalur komplain harus mudah dijangkau sehingga masyarakat tidak merasa dirugikan. Pendidikan tentang pentingnya ketaatan terhadap aturan juga harus diberikan secara aktif kepada masyarakat.

Selain itu, penting untuk mengingat bahwa pendekatan denda efektif haruslah berjalan beriringan dengan peningkatan kualitas infrastruktur dan layanan publik. Hal ini akan memastikan bahwa denda yang dikenakan benar-benar sebanding dengan tingkat pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Akhirnya, saya percaya bahwa mengadopsi pendekatan denda yang efektif di Kota Jambi dapat membantu membangun budaya disiplin di masyarakat. Namun, hal ini harus dilakukan dengan hati-hati dan penuh perhatian terhadap kebutuhan dan kondisi masyarakat Jambi. Denda bukanlah tujuan utama, tetapi merupakan alat untuk menciptakan kesadaran dan tanggung jawab bersama dalam menjaga tata tertib dan keamanan lalu lintas di kota kita. Semoga#. (Pengamat Sosial dan Kebijakan Publik)

Penulis: Bahren Nurdin SS MA

Editor: Khotib Syarbini

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.