MENGATASI KARHUTLA: Menguatkan Peran Pendidikan

Oleh: Bahren Nurdin

Kabut asap yang menebal di langit Jambi bukan bencana alam, tetapi merupakan akibat dari ulah tangan manusia sendiri.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar-Rum: 41).

Dampak yang ditimbulkan oleh Karhutla ini luar biasa dan telah merambah ke berbagai aspek kehidupan Masyarakat. Kabut asap yang tebal menghambat visibilitas, mengubah siang menjadi senja.

Ini bukan hanya masalah ketidaknyamanan visual, tetapi juga mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat.

Aktivitas di luar ruangan, termasuk bersekolah, bekerja di ruang terbuka, atau sekadar berjalan-jalan, menjadi sangat sulit dan berisiko tinggi.

Alhasil, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat terhenti yang mengakibatkan penurunan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.

Begitu juga bidang Kesehatan. Partikel-partikel kecil yang terkandung di dalam kabut asap mengandung senyawa berbahaya.

Pernapasan menjadi sulit terutama bagi anak-anak dan lansia. Penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan penyakit jantung dapat memburuk.

Kita menyadari bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Namun, satu hal yang pasti adalah kurangnya kesadaran di kalangan masyarakat akan pentingnya menjaga alam. Di sinilah pendidikan memainkan peran yang sangat penting.

Pendidikan bukan hanya tentang memasukkan fakta-fakta dalam buku teks atau menghafalkan rumus-rumus, tetapi juga tentang membentuk karakter dan nilai-nilai dalam diri setiap individu.

Sudah tiba saatnya bagi kita untuk mengatasi masalah kebakaran hutan dan lahan ini dari akar permasalahannya, yaitu dengan memasukkan isu lingkungan ke dalam kurikulum pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

Melalui pendidikan, kita dapat membangun kesadaran akan pentingnya menjaga alam dan merawat lingkungan sejak usia dini.

Dengan memasukkan isu-isu lingkungan ke dalam pembelajaran, para siswa tidak hanya akan memiliki pengetahuan tentang ekosistem dan pentingnya keberlanjutan, tetapi juga akan tumbuh dengan nilai-nilai moral yang mendalam.
Mereka akan memahami bahwa alam bukan hanya milik kita, tetapi juga milik generasi-generasi mendatang.

Ketika kesadaran ini tumbuh melalui pendidikan, para siswa tidak hanya akan menjadi penjaga lingkungan yang bertanggung jawab, tetapi juga akan menjadi pahlawan lingkungan.

Mereka akan mampu melakukan perlawanan terhadap siapa pun yang merusak lingkungan, karena mereka tahu pentingnya menjaga keberlanjutan alam bagi kehidupan di planet ini.

Oleh karena itu, mengintegrasikan isu lingkungan ke dalam kurikulum pendidikan adalah langkah awal yang sangat penting.

Ini akan menciptakan generasi muda yang peduli, peka, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, yang pada akhirnya akan membawa perubahan positif dalam upaya menjaga keberlanjutan bumi ini.

Pada tataran teknis, pemerintah pusat dan daerah memiliki peran utama dalam menetapkan kebijakan pendidikan nasional. Mereka dapat membuat undang-undang, peraturan, atau kebijakan yang mengamanatkan penyertaan isu lingkungan dan karhutla dalam kurikulum pendidikan.

Pada tingkat daerah, pemerintah provinsi atau kabupaten/kota juga memiliki kewenangan untuk merancang kurikulum pendidikan sesuai dengan kebutuhan lokal.

Begitu juga halnya peran guru. Para pengajar memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pendidikan. Mereka dapat memasukkan isu-isu lingkungan dan karhutla ke dalam metode pengajaran dan kegiatan pembelajaran di kelas.

Dengan mengajarkan siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan, mereka dapat membantu meningkatkan kesadaran siswa tentang isu-isu lingkungan.

Dengan demikian, kita tidak hanya memiliki peserta didik atau sarjana-sarjana yang cerdas, tetapi juga pembela alam, pejuang lingkungan, dan pemimpin masa depan yang berkomitmen untuk melindungi bumi kita dari kerusakan lebih lanjut.

Akhirnya, penting bagi semua pihak terkait, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, guru, LSM, orang tua, dan masyarakat secara umum, untuk bekerja sama dalam memasukkan isu-isu lingkungan dan karhutla ke dalam kurikulum pendidikan.

Kolaborasi ini diperlukan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mengatasi masalah karhutla.

Hanya dengan pendekatan yang holistik dan upaya bersama dari berbagai pihak, kita dapat menciptakan generasi yang peduli lingkungan, bertanggung jawab, dan siap melakukan perubahan nyata untuk melindungi alam dan masa depan bumi kita. Semoga. (Pengamat Sosial dan Kebijakan Publik)

Penulis: Bahren Nurdin

Editor: Khotib Syarbini

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.